Senin, 20 Desember 2010

SISTEM BILGA KAPAL

a. Cara Kerja
Cara kerja dari sistem bilga ini adalah menampung berbagai zat cair tersebut kedalam sebuah tempat yang dinamakan dengan bilge well, kemudian zat cair tersebut dihisap dengan menggunakan pompa bilga dengan ukuran tertentu untuk dikeluarkan dari kapal melalui Overboard yang tingginya 0,76 meter diatas garis air. Sedangkan zat cair yang mengandung minyak, yaitu yang tercecer didalam Engine room akan ditampung didalam Bilge Well yang terletak dibawah Main Engine, kemudian akan disalurkan menuju Incinerator dan Oily Water Separator untuk dipisahkan antara air, kotoran dan minyaknya. Untuk minyaknya dapat digunakan lagi sedangkan untuk air dan kotoran yang tercampur akan dikeluarkan melalui Overboard.
b. Fungsi Sistem Bilga
Bilge sistem merupakan sistem yang dapat melakukan pemompaan terhadap fluida yang ada pada double bottom sehingga fluida tersebut yang kemungkinan bercampur dengan minyak dapat dilakukan prosesing dan kemudian air yang ada dapat dibuang keluar melalui over board.

c. Bilge well
Bilge Well merupakan suatu tempat dengan ukuran tertentu yang telah ditentukan untuk menampung berbagai kotoran atau dalam bentuk zat cair yang ada di kapal. Jumlah dari bilge well minimum dua buah untuk kiri dan kanan sepasang dan setimbang, tergantung pada jumlahtangki ballast, ditambah dengan beberapa bilge well yang terletak dibawah ruang mesin. Letak Bilge Well dalam tangki ballast diupayakan pada paling pinggir dan paling belakang dalam tangki tersebut. Juga berdekatan dengan Manhole (lobang jalan masuk manusia). Volume dari bilge well tersebut maksimal 0,57 m3, sedangkan tinggi bilge well tersebut minimal 0,5 tinggi double bottom. Pada bagian atas bilge well harus ditutup dengan strainer.

d. Pipa Cabang dan Pipa Utama
Perpipaan bilga terdiri dari pipa bilga utama dan pipa bilga cabang, pipa bilga langsung, dan pipa bilga darurat. System bilga utama dan cabang, system ini adalah untuk memindahkan bilga yang terdapat pada tempat-tempat bilga pada kapal dengan menggunakam pompa bilga di kamar mesin. Sisi hisap bilga di kamar mesin biasanya dipasang di dalam bilge well di bagian depan kamar mesin (port dan starboard), bagian belakang kamar mesin, bagian belakang shaft tunnel. Saluran cabang bilga ini dihubungkan dengan saluran utama bilga yang mana dihubungkan ke sisii hisap pompa bilga. Pipa bilga langsung, Pipa-pipa bilga langsung adalah untuk menghubungkan secara langsung bilge well (port dan starboard) pada bagian depan kamar mesin dengan pompa bilga. Diameter dalamnya sama dengan saluran bilga utama. Pipa bilga darurat, Pipa bilga darurat adalah pipa hisap bilga yang dihubungkan ke pompa yang mempunyai kapasitas terbesar di kamar mesin dan biasanya dihubungkan ke pompa utama pendinginan air laut di mesin kapal. Diameter dalam pipa bilga darurat biasanya sama dengan diameter hisap pompa.

e. Jumlah dan Jenis Katup serta Fitting
Untuk katup dan fitting pada pipa hisap sistem bilga, pada gambar diperoleh untuk fitting jenis Elbow 90o sebanyak 7 buah, katup jenis Butterfly 1 buah, strainer 2 buah, NRV 1 buah dan 3 way valve sebanyak 2 buah. Sedangkan untuk pipa discharge sistem bilga, pada gambar terhitung fitting jenis Elbow 90o sebanyak 6 buah, butterfly 1 buah, strainer 2 buah, katup jenis SDNRV sebanyak 2 buah, dan 3 way valve sebanyak 1 buah. Dengan demikian total head losses diperoleh sebesar 15.94 m (untuk bilga kamar mesin), dan 24,75 meter untuk bilga ruang muat.

f. Pompa
Dari head losses yang telah dihitung diatas, maka saya dapatkan Daya pompa yang dibutuhkan sebesar 5.38 kW atau sebesar 7.32 HP. Oleh karenanya pompa yang saya pilih untuk memenuhi kebutuhan daya serta head tersebut adalah pompa bilga merek Shinko, type RVX 200S double stage, dengan putaran 1500 RPM, daya motor 15 kW, kapasitas 100 m3/jam, Head 50 m, dan frekuensi 50 Hz. Pompa bilga ini saya letakkan di tanktop. Sedangkan untuk pompa bilga kamar mesin, digunakan pompa dengan merk yang sama dengan pompa untuk bilga di ruang muat.

g. Outboard
Air yang tidak terpakai akan dikeluarkan melalui Outboard. Dimana peletakan Outboard ini haruslah 0,76 m diatas garis air atau WL, pada satu outboard harus diberi satu katup jenis SDNRV.

h. Separator
Untuk Oily Bilge System, minyak yang tercecer yang tercampur dengan air akan dipisahkan dengan menggunakan Oil Water Separator. Pada kapal ini, Oil Water Separator yang dipakai adalah merek Alva Laval type SA 821 dengan kapasitas 1400 lit/hr, tekanan minimum 2 bar dan maksimum 6 bar, Head 30 m, Tegangan 220 Volt, dan frekuensi 50 Hz. Separator ini terletak pada tanktop

i. Sludge Tank
Untuk minyak yang telah dipisahkan dengan kotoran dan air, yang bisa dipakai lagi setelah dipisahkan akan ditampung kedalam sludge tank dengan kapasitas 3 m3, terletak pada tanktop. Dalam perencanaan system bilga yang kelas yang digunakan adalah BKI 1996 Vol.III Section 11. N, yaitu :
1) Jalur Bilga
• Jalur bilga dan sisi hisap bilga harus diatur sehingga bilga dapat dipompa dengan lengkap meskipun di bawah kondisi trim.
• Sisi hisap bilga normalnya diletakkan pada kedua sisi kapal. Untuk kompartemen yang letaknya di depan dan di belakang kapal, satu hisap bilga sudah cukup dan dapat mengeringkan secara lengkap kompartement yang relevan.
• Ruang yang terletak di depan sekat tubrukan dan di belakang sekat stern tube dan tidak dihubungkan ke system bilga umum harus dikeringkan dengan peralatan lain yang sesuai dengan kapasitas yang memadai.
2) Pipa yang melewati tangki
• Pipa bilga tidak boleh melewati tangki minyak pelumas,minyak panas, air minum, atau feedwater.
• Ketika pipa bilga melewati tangki bahan bakar yangterletak di atas double bottom dan berakhir pada ruanganyang mana tidak dapat diakses selama pelayaran,sebuah katup non-return tambahan harus dipasang pada pipa bilga dimana pipa dari sisi hisap masuk ke tangki bahan bakar.
3) Isapan bilga
• Tempat isapan bilga diatur sehingga tidak mempengaruhi pembersihan dari bilga dan harus dipasang dengan mudah untuk mudah dilepas. Menggunakan saringan berbahan anti karat.
• Isapan bilga darurat dipasang sedemikian sehingga dapat dijangkau dengan aliran bebas dan jarak yang cukup dari tank top atau dasar dari kapal.
4) Katup-katup bilga
• Katup-katup pada hubungan pipa antara bilga dan air laut dan system air ballast, seperti antara hubungan bilga pada kompartemen yang berbeda, harus diatur sehingga meskipun dalam kejadian kegagalan operasi atau posisi katup intermediet, masuknya air laut melalui system bilga
dapat dicegah.
• Pipa discharge bilga harus dipasangi dengan katup shut off pada sisi kapal.
• Katup bilga harus diatur sehingga dapat selalu diakses baik itu saat pembebanan (ballast) maupun kondisi pembebanan dari mesin
5) Pelindung aliran balik
• Katup screw down non return disarankan sebagai perlindungan aliran balik.
• Sebuah kombinasi dari sebuah katup non-return tanpa mekanisme shut-off dan katup shut-off dapat digunakan dengan persetujuan kelas.
6) Sambungan pipa
• Untuk mencegah masuknya ballas dan air laut ke dalam kapal melalui system bilga, dua peralatan perlindungan aliran balik harus dipasang pada sambungan bilga, salah satunya harus merupakan sebuah katup screw down non return.
• Untuk sambungan bilga diluar ruang permesinan, sebuah kombinasi dari katup non-return tanpa shut-off dan katup shut-off yang diremote kontrol dapat digunakan.
• Hisapan bilga secara langsung dan injeksi darurat hanya memerlukan satu peralatan dari perlindungan aliran balik seperti dijelaskan sebelumnya.
• Bilamana sambungan air laut langsung diatur untuk dipasang pada pompa bilga untuk melindunginya dari pengisapan hampa, sisi hisap bilga juga harus dipasang dengan dua katup screw-down non-return.
• Jalur tekan dari oil water separator harus dipasangi dengan sebuah katup non-return pada sisi kapal.
7) Pompa Bilga
Apabila digunakan pompa sentrifugal untuk pompa bilga, pompa itu harus merupakan self-priming atau dihubungkan ke sebuah alat pemisah udara.
8) Penggunaan pompa lain untuk pompa bilga
• Pompa-pompa ballast, pompa pendingin air laut yang stand-by, pompa pelayanan umum dapat juga digunakansebagai pompa bilga independent yang dilengkapi dengan self-priming dan kapasitas yang disyaratkan.
• Dalam kejadian kegagalan salah satu dari pompa bilga yang disyaratkan, salah satu pompa harus dapat bertindak sebagai pompa pemadam dan pompa bilga.
• Pompa pelumas dan bahan bakar tidak boleh dihubungkan ke system bilga.
• Ejektor bilga dapat diterima sebagai susunan pompa bilga yang disediakan dengan sebuah suplai air laut independent.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar